IMG_0060

Harapan adalah mimpi yang tak pernah tertidur. Begitulah yang telah berhasil dibuktikan oleh 7 siswa SMA Negeri Bali Mandara dengan keberhasilan mereka terpilih sebagai perwakilan Indonesia untuk mencicipi pendidikan di negeri sakura selama 10 hari.
Selasa, 31 Januari 2017, tujuh siswa SMA Negeri Bali Mandara atas nama I Gede Hery Arum Wijaya, Dwigian Netha Putra D.M, I Dewa Nyoman Suartama Putra, Ni Komang Pasek Nurhyang Jumantini, I Kadek Juni Saputra, I Ketut Danta, Ni Ketut Asri Dian Lestari, dan Luh Yulia Suamarheni S.S sebagai pendamping berangkat menuju Bandara Ngurah Rai, Badung untuk memulai perjalanan panjang mereka ke Jepang.
Dengan berbagai pertimbangan melalui rapat dewan guru akhirnya diputuskanlah 7 nama tersebut sebagai perwakilan untuk berangkat ke Jepang. Pertimbangan ini didasarkan pada beberapa hal, meliputi merupakan siswa jurusan IPA karena mengingat tujuan perjalanan ini adalah untuk mendalami pengetahuan teknologi, kemampuan public speaking, bakat dalam seni dan budaya salah satunya seni tari tradisional, serta memiliki motivasi tinggi untuk melanjutkan pendidikan ke Jepang. Setelah segala persiapan yang dirasa mantap, mereka akhirnya berangkat menuju negeri Sakura.
Perjalanan panjang bertajuk Sakura Science Plan Program disponsori oleh Japan Science and Technology Agency (JST) serta Shizuoka University ini tidak dipungut biaya sepeser pun. Segala biaya termasuk biaya transportasi, tiket pesawat, makanan, biaya aplikasi visa, asuransi perjalanan, dan semua biaya tambahan yang terjadi selama program di Universitas Shizuoka ditanggung oleh pihak sponsor JST serta Shizuoka University yang bertindak sebagai tuan utama atau pihak inti fasilitator program ini.
Peserta program ini meliputi perwakilan dari Indonesia yang diwakilkan oleh 7 orang siswa SMA Negeri Bali Mandara beserta satu orang pendamping dan 3 siswa dari India beserta satu orang pendamping. Adapun tujuan dari program ini adalah untuk memperkenalkan para peserta mengenai teknologi dan science yang berkembang di negara Jepang sehingga nantinya diharapkan bekal pengetahuan ini dapat diaplikasikan guna mengembangkan potensi bidang teknologi di negaranya masing – masing oleh para peserta SSP.
Selama di Jepang para peserta SSP menginap di hotel Crown Palais, Hamamatsu, banyak kegiatan menarik yang berhubungan dengan teknologi yang mereka lakukan. Diantaranya kunjungan ke pabrik dan industri museum Tsuzuki dan Yamaha Piano yang merupakan perusahaan yang namanya tak asing lagi di telinga kita. Selain itu para peserta juga melakukan kunjungan ke Perusahaan Roki, sebuah perusahaan yang juga bergerak di bidang teknologi. Selanjutnya di hari keempat tepatnya di siang hari mereka melakukan kunjungan sekaligus melakukan kegiatan pembelajaran di distrik Iwata-Minami High School, sebuah sekolah SMA disana. Para peserta mengaku mendapat banyak pelajaran dan pengalaman melalui kegiatan ini.
Pada hari keempat sampai hari keenam, 10 peserta SSP (Sakura Science Plan Program) melakukan home stay di rumah beberapa penduduk Jepang yang bertindak sebagai orang tua mereka selama 3 hari 2 malam hari tersebut. Masing-masing peserta telah mendapatkan orang tua asuhnya masing-masing yang bertempat tinggal di sekitaran wilayah Hamamatsu. Sementara guru pendamping tetap tinggal di hotel. Hal ini dilakukan tentunya dengan tujuan untuk mengenalkan peserta pada bagaiamana kehidupan asli orang Jepang secara langsung.
“Kalau masalah kendala bahasa maupan bekal sih tidak ada ya, hanya saja karena cuacanya yang memang sedang winter sehingga cukup ekstrem bagi kami. Jadi kami harus pintar-pintar menjaga stamina tubuh,” Ujar Luh Yulia Suamarheni selaku guru pendamping 7 siswa SMA Negeri Bali Mandara yang turut serta mengikuti perjalanan ini.
Selama perjalanan 10 hari itu para peserta dapat membuktikan secara langsung mengenai budaya Jepang yang selama ini diagung-agungkan, memang benar adanya. “Bahkan segala yang ada di Jepang sangat teratur dan jelas, contoh kecilnya saja saat naik bus di Jepang sudah tersedia kursi untuk orang cacat, hamil, dan untuk orang tua yang dibedakan dengan kursi orang biasa. Pokoknya semua peraturan sangat jelas dan masyarakatnya pun sangat tertib dan taat DENGAN aturan” Ujar Ni Ketut Asri Dian Lestari selaku peserta SSP dari SMA Negeri Bali Mandara.
Luh Yulia Suamarheni juga menambahkan harapannya untuk seluruh siswa SMA Negeri Bali Mandara, dengan adanya program ini diharapkan dapat memotivasi siswa yang menjadi peserta maupun yang tidak untuk melanjutkan studi-nya ke Jepang. Melalui hasil wawancara dengan kami, beliau berharap kuota yang diberikan untuk SMA Negeri Bali Mandara bisa tetap atau bahkan jika bisa bertambah di tahun berikutnya. “Mimpi tidak hanya di Bali tetapi juga di luar negeri” ujar beliau mengutarakan motivasinya untuk seluruh siswa SMA Negeri Bali Mandara. Intinya dengan pengalaman perjalanan ini, diharapakan dapat membuka lebar akses bagi sekolah SMA Negeri Bali Mandara untuk melanjutkan pendidikan di negeri matahari terbit tersebut, serta dapat memotivasi siswa untuk lebih meningkatkan potensi negara di bidang teknologi. (lyn & dac)