Raut sumringah menghiasi wajah siswa-siswi SMAN Bali Mandara. Suasana kelas bahasa 3 tampak berbeda, riuh sorakan memekikan ruang kelas itu, Senin (26/10) siswa Smanbara memeriahkan bulan bahasa sekaligus pengimplementasian sumpah pemuda.

Bulan Oktober, dikenal dengan bulan bahasa. Pada bulan Oktober ini pula semangat pemuda-pemudi Indonesia bergelora, tepatnya pada tanggal 28 Oktober mengikrarkan sebuah sumpah menggelorakan semangat patriotismenya. Hari yang menggelora ini dikenal dengan hari sumpah Pemuda. Dapat disimpulkan, hari sumpah pemuda jatuh pada bulan bahasa.

Perayaan bulan bahasa di Smanbara kali ini diwarnai dengan berbagai lomba seperti lomba depat pantun, baca puisi, mading hingga talk show. Dari berbagai lomba tersebut tenntunya memiliki makna yang berbeda-beda. Lomba membaca puisi yang diberikan tema mengenai sumpah pemuda, namun puisi tersebut terangkai menggunakan bahasa bali. Menguji kefasihan dalam bahasa bali dan tentunya melestarikan bahasa daerah.

Tak hanya itu, lomba debat pantun juga memiliki makna yang tak kalah menarik dengan lomba membaca pusi, lomba ini merupakan lomaba berbalas-balas pantun. Ajang berbalas pantun yang diadakan perkelas ini secara tak langsung membentuk kekreatifan siswa-siswi dalam merangkai kata-kata menjadi sebuah pantun yang memilki sebuah makna dan sesuai dengan balasan pantun sebelumnya dengan waktu yang cukup singkat.

Terlihat pada hari pertama pengadaan lomba untuk memperingati bulan bahasa ini membawa makna yang sangat mendalam yaitu menumbuhkan kreativitas siswa-siswi dalam berbahasa. Dapat kita lihat dari maknanya, kedua ajang yang dilakukan pada hari yang sama ini selain dalam rangka memeriahkan bulan bahasa, rupanya juga dalam rangka memperingati sumpah pemuda. Layaknya sebuah rantai, bulan bahasa memiliki ikatan yang cukup kuat dengn sumpah pemuda, dapat dilihat pada ikrar sumpah ketiga yang diucapkan pemuda pemudi Indonesia saat itu. “Kami poetera dan poeteri Indonesia menjoengjoeng bahasa persatoean, bahasa Indonesia,” begitulah bunyi ikrar ketiga pada sumpah pemuda. Penggalan ikrar tersebut merupakan cerminan dari perlombaan yang dilaksanakn di sekolah berasrama binaan provinsi ini. Memeriahkan bulan bahasa sekaligus memperingati sumpah pemuda ini membawa vibrasi yang positif untuk siswa siswi Smanbara . “Bulan bahasa kali ini bagus banget karena baru kali ini bulan bahasa diperingati atau dimeriahkan, lombanya juga kreatif-kreatif, tapi lomba yang diadakan ini sepertinya tergesa-gesa, mungkin dari pihak panitia bisa memanage waktunya agar lebih teratur dan tentunya gak terkesan tergesa-gesa,” ujar Agus Widiarta, ketua kelas XII Soc 1.

“Anak-anakku jarang kita lihat di sekolah-sekolah lain lomba-lomba seperti ini, lewat ajang-ajang seperti inilah karakter kalian dibentuk secara tak langsung, menang kalah dalam sebuah lomba itu biasa, jangan sampai kalian bermusuhan ataupun puik antarsiswa gara-gara tidak memenangkan lomba-lomba ini,” ujar Nyoman Darta selaku kepala sekolah di tengah-tengah sambutannya membuka acara tersebut. Sebuah makna tertanam dalam kalimat tersebut, siswa-siswi Smanbara diajarkan untuk selalu menerima kekalahan dan berlapang dada. Dari serangkaaian acara bulan bahasa yang rencananya dilaksankan selama dua hari tanpa mengganggu jadwal aktivitas regurel siswa, perlombaan ini dilakukan seusai jam pelajaran yaitu pukul tiga.

Ajang-ajang perlombaan yang dilaksanakan sarat akan banyak makna, lomba-lomba yang dilaksanakan perkelas ini rupanya memiliki tujuan untuk menumbuhkan solidaritas antar kelas dan melihat bagaiman keseimbangan dari kelas X, XI, dan XII. “Saya selaku panitia sangat mengapresasi partisipasi kakak-kakak dan teman-teman karena saya meliahat kakak-kakak dan teman-teman serta adik kelas sampai bergadang buat mading,” ujar Eka Sedanayasa selaku senat di bidang patriotism yang menjadi ketua panitia pada acara peringatan bulan bahasa sekaligus sumpah pemuda dalam wawancaranya. (Lin)

Gallery :

[Best_Wordpress_Gallery id=”5″ gal_title=”BulanBahasa”]