Untuk mengembangkan sekolah sebagai organisasi pembelajar, SMA Negeri Bali Mandara mengembangkan Gerakan Literasi Sekolah (GLS). Gerakan ini adalah upaya menyeluruh yang melibatkan semua warga sekolah dan masyarakat sebagai ekosistem pendidikan. Diharapkan sekolah sebagai organisasi pembelajar agar warga sekolah mampu menjadi pembelajar sepanjang hayat dan dapat memenuhi perannya di era teknologi informasi. Hal itu diungkapkan Kepala SMA Negeri Bali Mandara, Drs. Nyoman Darta, M.Pd., saat sosialisasi GLS di hadapan warga sekolah, orang tua siswa, dan sekolah imbas di Hall SMA Negeri Bali Mandara (10/9).
Di depan sekitar 200 orang, Darta menyampaikan bahwa program literasi ini dilaksanakan untuk menjadikan peserta didik mempunyai kebiasaan membaca dan berikutnya terampil membaca agar pengetahuan dapat dikuasai secara lebih baik. Gerakan ini diperkuat dengan gerakan penumbuhan budi pekerti sebagimana tertuang dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 23 tahun 2015 tentang penumbuhan budi pekerti. Salah satu kegiatan di dalam kegiatan tersebut adalah kegiatan 15 menit membaca buku nonpelajaran sebelum waktu pembelajaran dimulai. “Di sekolah ini sudah lebih daripada itu, sebelum peaturan itu muncul, kita sudah lakukan program silent reading sejak 2011, dan tidak hanya selama 15 menit, kita sudah lakukan selama 30 menit,” ungkap Darta.
SMA Negeri Bali Mandara merupakan salah satu sekolah di Indonesia yang mendapatkan blok grand pelaksanaan literasi sekolah. Sebelum menyusun program, telah dibentuk tim GLS yang terdiri atas pendidik dan tenaga kependidikan. Berbagai kegiatan literasi yang disusun bertujuan untuk menumbuhkan jiwa literat siswa. Dalam kesempatan itu pula Darta menyampaikan beberapa program literasi telah diagendakan, seperti lomba menulis cerpen, menulis puisi, perpustakaan kelas, pojok baja, hingga festival literasi.
Oleh karena pentingnya program, Darta berharap dukungan semua pihak agar program yang telah dicanangkan berjalan lancar. Selanjutnya, gerakan ini nantinya akan terus digelorakan ke sekolah imbas hingga akhirnya semua sekolah yang ada di Indonesia terbentuk ekosistem literat.