Jumat (3/03/17), Pro Bali Ambassador selenggarakan dialog terbuka di SMA/SMK Negeri Bali Mandara dengan bertemakan ”SDM Bali, sudahkah menjadi tuan rumah di daerahnya sendiri?”
Bali sebagai pulau dewata memang selalu menjadi pusat perhatian masyarakat dunia. Keberadaan destinasi pariwisata membuat Bali semakin dikenal dimata dunia, tidak hanya itu keramahan yang dimiliki warga Bali menambah keagungan pulau ini. Luas wilayah yang bisa dikatakan sempit dengan jumlah penduduk yang sedikit ditambah lagi dengan kunjungan turis turis menambah kompleksitas Bali. Bali begitu padat namun hal seperti itu justru bisa menjadi peluang bagi warga Bali khususnya pemuda untuk memanfaatkan keramaian di Bali sebagai ajang untuk memajukan Bali dengan berbagai cara, entah itu pariwisata, bisnis, dll.
Situasi semacam itu menuntut pemuda Bali agar tetap berkreasi, berinovasi, dan berwawasan, agar pemuda Bali bisa bersaing di pasar kerja. Bali memang kecil tapi kualitas SDM Bali tidak kalah dengan daerah lainnya. Tantangan global tersebut disambut antusias oleh pemuda Bali. Mereka sangat jeli membaca situasi. Ditengah lalu lalang yang terjadi di Bali mereka membangun organisasi yang mendukung terciptanya SDM unggul Bali.
Pro Bali Ambassador merupakan organisasi yang mempertemukan pemuda Bali dalam rangka menjawab tantangan global khususnya di bidang pembangunan. Banyak kegiatan yang mereka lakukan untuk berkontribusi dalam menyebarluaskan peran pemuda Bali dalam menyikapi tantangan global. Salah satu kegiatan tersebut adalah dengan mengadakan kelas inspirasi di SMA/SMK Negeri Bali Mandara. Dalam kegiatan tersebut turut terlibat siswa-siswi dari lingkungan sekitar seperti SMA N 1 Singaraja dan masyarakat dari desa Kubutambahan Buleleng.
Kegiatan tersebut juga mengundang tokoh tokoh sukses seperti Cok Krisna pengusaha yang sudah melanglangbuana di Bali. Tidak ketinggalan pula Kepala Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Bali Ketut Wija hadir dalam rangka memaparkan kondisi SDM Bali saat ini. “Ketrampilan kerja orang Bali sebenarnya sudah mumpuni dalam tataran global namun karakter mereka harus diperkuat agar tidak selalu berada pada zona nyaman,” ungkap Ketut Wija.
SDM Bali, Sudahkah Menjadi Tuan Rumah Di Daerahnya Sendiri? Merupakan tema yang diusung dalam kegiatan ini. Asteria sebagai pemilik yayasan Ria Asteria Mahawidia yang juga menggagas kegiatan ini memilih tema ini sebagai bentuk kepedulian terhadap pemuda Bali agar mereka lebih termotivasi dan bekerja nyata di bidang masing masing. “Saya harap pemuda Bali tidak menjadi orang NATO( not action, talk only), tapi besar harapan saya mereka bisa merealisasikan apa yang dikatakan dalam tindakan nyata, sehingga pemuda Bali bisa berinovasi dan berkarya untuk Bali,” ujar wanita yang biasa disapa Miss Ria.
Kegiatan itu juga mengundang Cok Krisna, pengusaha sukses di Bali. Dalam paparannya beliau mengungkapkan bahwa kesuksesan yang diraihnya tidaklah mudah, Cok pernah merantau dan menjadi tukang cuci mobil. Selain itu ia juga pernah menjadi karyawan di perusahaan pamannya, hingga akhirnya memutuskan untuk berwirausaha dengan mendirikan Cok Konveksi hingga akhirnya sukses dan membuka cabang di berbagai daerah. Cok juga membuka cabang di Buleleng yaitu Krisna Fantastic Land sebagai upaya untuk mempromosikan Bali Utara dan membantu perkembangan ekonomi di wilayah Bali utara tersebut. “Kunci kesuksesan seseorang adalah berani merantau dan pintar dalam menjalin relasi dengan orang-orang,” ujar Cok Krisna.
Dengan berbagai kompleksitas di Bali diharapkan pemuda Bali mampu meningkatkan etos kerja dengan dilandasi karakter yang baik dan tetap mengedepankan budaya luhur Bali. “Pemuda Bali Bisa,” ungkap Ketut Wija di akhir wawancara.(nls)