SMA Negeri Bali Mandara berkolaborasi dengan SMA Negeri 1 Kubutambahan berpartisipasi dalam Parade Goak dalam rangka HUT Kota Singaraja yang ke-414 mewakili Kecamatan Kubutambahan. Parade ini berlangsung sangat meriah dan diikuti oleh 9 kecamatan.
Di Bali terdapat banyak budaya yang perlu dilestarikan oleh generasi muda. Salah satunya yang sangat unik dari Buleleng adalah “Megoak-goakan”. Megoak-goakan adalah permainan khas Buleleng yang penuh dengan semangat, dapat melatih kekompakan, dan meningkatkan solidaritas tim. Goak-goakan ini dipentaskan juga dalam bentuk tarian yang bercerita tentang seorang Raja Buleleng bernama Ki Barak Panji Sakti yang tangguh dan bijaksana. Beliau memiliki pasukan yang merupakan remaja lelaki yang diberi nama “Truna Goak”. Awalnya, Ki Barak Panji Sakti mengutus dua patihnya yang bernama Ki Dumpyung dan Ki Dosot untuk melatih pasukan goaknya. Sang Raja mengatakan bahwa jika patihnya dapat menangkap ‘truna’ yang berada pada barisan paling belakang maka apapun permintaannya akan dipenuhi sang raja. Patih pun berhasil dan meminta kepada sang raja untuk memberikan kesejahteraan dan keamanan bagi Gumi Den Bukit (atau sekarang disebut Buleleng). Selanjutnya Ki Barak Panji Sakti turun langsung untuk bermain dengan pasukan goaknya. Alhasil sang raja berhasil menangkap truna pada barisan paling belakang, beliau pun meminta kepada pasukan goak untuk bersedia mengabdi dan membantu sang raja untuk menyerang Blambangan (ngebug Blambangan), untuk memperluas wilayah kekuasaannya sekaligus membalas dendam atas anaknya yang bernama Daun Dresthi. Bersumber pada cerita tersebut, Pemerintah Kabupaten Buleleng mengadakan sebuah parade untuk memperingati Hari Ulang Tahun Kota Singaraja yang ke-414 dengan mengusung tema ‘Goak’. Parade ini diikuti oleh sembilan kecamatan di Kabupaten Buleleng, yang wajib menampilkan garapan kesenian Magoak-goakan yang melibatkan pemain 60 sampai dengan 100 orang penabuh dan penari dan menunjukkan ciri khasnya masing-masing.
Tak mau ketinggalan, SMA Negeri Bali Mandara juga berpartisipasi dalam parade tersebut sebagai perwakilan dari Kecamatan Kubutambahan. SMA Negeri Bali Mandara melengkapi barisan Kecamatan Kubutambahan dengan menampilkan fragmentasi Tari Goak. Sedangkan barisan lainnya diisi dengan penampilan ‘Jegeg Bagus’ oleh SMA Negeri 1 Kubutambahan dan juga baleganjur dari ‘sekaha truna desa’ yang ada di Kubutambahan.
Parade ini dilaksanakan pada tanggal 30 Maret 2018 bertempat di Kota Singaraja dengan panggung utama bertempat di depan Tugu Singa Ambara Raja. Parade ini dimulai dari Tugu Singa Ambara Raja berlanjut ke sekitaran kota dan berakhir di Kampus Bawah Universitas Pendidikan Ganesha. Dalam membuka acara, Bupati Buleleng, Putu Agus Suradnyana, ST. membunyikan “ceng-ceng” dan dihadiri Wakil Bupati Buleleng dr. I Nyoman Sutjidra,Sp.OG, Ketua DPRD Buleleng Gede Supriatna,SH, Sekda Buleleng Ir. Dewa Ketut Puspaka,MP, FKPD Buleleng dan Pimpinan OPD lingkup Pemkab Buleleng.
Pada parade ini, Kecamatan Kubutambahan mendapat nomor undi 6 dari 9 peserta, dan SMA Negeri Bali Mandara mendapatkan kesempatan untuk tampil 3 kali, dengan penilaian yang berlangsung di Tugu Singa Ambara Raja. SMA Negeri Bali Mandara tampil memukau dengan penuh semangat dan kekompakan walau hanya mendapat waktu latihan 2 minggu. Penampilan tersebut tidak lepas dari bimbingan Bapak Kadek Sefyan Artawan, selaku guru mata pelajaran seni budaya di SMA Negeri Bali Mandara dan bimbingan dari Bli Arfin (anggota Bondres Rare Kual yang berperan sebagai Ayu) yang terkenal baik dan lucu sehingga mampu meningkatkan semangat peserta dalam mengikuti latihan.
“Banyak kendala yang kami dapatkan selama proses latihan seperti anggota yang tidak lengkap karena ada kesibukan lain, dan 2 hari sebelum pentas beberapa peserta termasuk pemeran utama, yaitu I Ketut Danta sakit karena kelelahan. Namun dengan semangat dan komitmen dari peserta, akhirnya kami bisa tampil walau belum mendapat juara,” ujar Ni Made Andriani yang berperan sebagai permaisuri Ki Barak Panji Sakti.
“Saat mengikuti kegiatan ini saya sangat senang karena permainan goak-goakan ini dapat melatih disiplin dan kekompakan antar pemain juga dapat berolahraga dan meningkatkan semangat. Saya berharap permainan goak-goakan ini dapat dilestarikan dan pawai-pawai seperti ini dapat terus dilaksanakan dan saya harap permainan ini dapat dikenal oleh dunia,” ungkap I Ketut Danta, pemeran Ki Barak Panji Sakti ini.(ens/ars)
9