Komunitas Teater 9 Pohon dari SMA/SMK Negeri Bali Mandara turut ambil bagian dalam parade teater serangkaian Gelar Seni Akhir Pekan (GSAP) Bali Mandara Nawanatya III. Tampil di hadapan penonton yang memenuhi Ksirarnawa, Taman Budaya Denpasar, pada Sabtu, 5 Mei 2018, Teater 9 Pohon membawakan Drama Bali Modern yang berjudul “Mamula.”
Dalam pementasan ini, dikisahkan di Pulau Bali masa depan, plastik sudah memasuki segala lini kehidupan manusia, termasuk pohon plastik. Tak hanya plastik biasa, plastik berlabel ramah lingkungan pun mulai menyeruak ke dalam. Keberadaan plastik ini akhirnya menjadi masalah besar yang mengancam kehidupan manusia. Dengan menggunakan berbagai tokoh simbolis, seperti keberadaan bayi ajaib yang muncul dari sampah hingga tokoh Jero Pancer yang serakah, mereka ingin menyampaiakn pesan terkait kepedulian terhadap lingkungan bahwa apa yang kita tanam, maka itu pula yang kita tuai.
Didukung oleh properti yang sebagian besar berasal dari sampah, Garapan yang merupakan kolaborasi dua sekolah ini menghasilkan pementasan yang menarik dan menghibur. Lebih-lebih paduan musikalisasi puisi Gumi Sinur ciptaan Ketut Rida dan Ampurayang Ratu oleh Memedi Putih memberikan nilai lebih yang mendukung alur pertunjukan mereka.
Menurut Pembina Teater 9 Pohon, Gede Rio Andre Sutrisna, naskah yang dipentaskan ini ditulis oleh salah satu siswa SMAN Bali Mandara yang juga sempat meraih juara pada lomba penulisan naskah drama beberapa waktu lalu. Ia berpendapat bahwa penampialan yang dipertontonkan anak didiknya sudah melalui proses belajar yang menjadi unsur terpenting dalam apresiasi teater. “Proses dalam pembelajaran pementasan teater lebih kami kedepankan dibandingkan hasil pementasan itu sendiri. Pementasan yang bagus namun tidak bermakna bagi siswa bukanlah pementasan teater yang baik“ ungkapnya. Ia berpesan agar berteater haruslah bergembira sehingga setelah pementasan siswa masih ingin menggeluti teater. “Sesuai motto teater 9 pohon, be fun, to fun!” tutupnya.