Sebagai wujud bakti kepada Sang Maha Pencipta, Ida Sang Hyang Widi Wasa, umat Hindu tidak lepas dengan kegiatan Yajna. Untuk melaksanakan sebuah Yajna diperlukan sarana upakara yang sering disebut “Banten.” Banten menjadi simbol berserah diri kepada kebesaran-Nya. Dengan kata lain, Banten adalah media untuk menyatakan srada dan bhakti umat kepada-Nya.

Setiap umat, hendaknya memiliki keahlian dalam membuat banten. Tidak hanya terampil membuat, alangkah baiknya dapat dilengkapi dengan memahami makna setiap simbol yang dilambangkan oleh masing-masing banten atau bagian-bagian kecil lainnya.

Sabtu, (2/11) siswa SMA Negeri Bali Mandara mendapat kesempatan berharga belajar membuat dan memahami makna “Banten” dari bimbingan salah satu dosen di STAHN Mpu Kuturan, Ibu Murniti. Bertempat di ruang IPA 1, bersama satu anak didiknya di kampus, beliau memberikan pelatihan membuat berbagai jenis sarana upakara disertai dengan maknanya masing-masing. Tidak hanya sebagai jalan peningkatan wujud bakti kehadapan Tuhan, beliau juga menyampaikan bahwa hasil pembelajaran yang sedianya akan berlangsung secara berkelanjutan ini akan memeberikan efek positif pada aspek ekonomi. Dengan bahan yang melimpah di sekolah khusunya pohon kelapa, para siswa dapat memanfaatkan untuk memproduksi saran upakara yang dapat dijual. Di sinilah kita juga patut berterima kasih dan bersyukur karena Ida Shang Hyang Widi Wasa telah melimpahkan karunia-Nya kepada Umat Hindu karena Yajna juga berdampak pada kehidupan ekonomi.