Hari ini, Senin, 15 Januari 2018, umat Hindu merayakan malam perenungan Siwaratri. Siwaratri merupakan hari raya umat Hindu yang jatuh satu tahun sekali. Sebagai sekolah berasrama, SMA Negeri Bali Mandara merayakan malam perenungan ini di sekolah dengan beberapa rangkaian kegiatan. Selain sembahyang bersama dan melakukan brata Siwaratri, SMA Negeri Bali Mandara juga berkesempatan mendengarkan Dharma Wacana dari PHDI (Parisadha Hindu Dharma Indonesia) Kabupaten Buleleng dan PHDI Provinsi Bali.Acara pertama dimulai dari pukul 08.30 pagi. Seluruh siswa berkumpul di aula SMA Negeri Bali Mandara mengenakan pakaian adat sembahyang. Narasumber kali ini adalah Bapak I Putu Wilasa selaku Ketua Paruman Walaka PHDI Kabupaten Buleleng. Beliau dengan santainya memaparkan mengenai hakikat hari raya Siwaratri bagi umat Hindu. “Agama Hindu merupakan Sanatana Dharma atau kebenaran abadi, namun juga merupakan Nutana Dharma, atau selalu muda, artinya bisa mengikuti perkembangan jaman. Kita terlahir sebagai manusia bersyukurlah menjadi manusia, seburuk apapun kondisi kita. Daripada menjadi babi, pernah lihat babi pakai celana rok?” ujar Pak Putu Wilasa dengan gaya humornya yang khas.
Beliau juga menjelaskan makna sebenarnya dari Siwaratri, pengembangan makna dari brata-nya, jaman Kali Yuga, dan Dharma. Dengan gaya santai dan humorisnya, membuat seluruh peserta bersemangat mendengarkan dan terpacu untuk mengajukan pertanyaan. Semua pertanyaan dijawabnya dengan sangat baik, namun masih ada pertanyaan yang belum sempat terlontarkan.
“Mona secara harfiah berarti tidak berbicara sama sekali, namun kita bisa kembangkan menjadi berbicara hanya mengenai ajaran Dharma. Upawasa bukan hanya mengenai memilih makanan, tapi juga cara mendapatkannya. Jagra bukan hanya bergadang semalaman, namun juga sadar kita sebagai manusia, agar tidak menjadi binatang di kehidupan selanjutnya,” paparnya mengenai makna setiap bagian cerita Lubdaka dalam Siwaratri Kalpa oleh Mpu Tanakung.
Tepat 2 jam berjalannya acara, yakni pukul 10.30, Pak Putu Wilasa mengakhiri ceramahnya setelah penyerahan kenang-kenangan dari Kepala SMA Negeri Bali Mandara, I Nyoman Darta. Acara selanjutnya berlangsung sekitar pukul 7 malam. Kali ini diadakan Dharma Wacana mengenai Weda dan Bhagavad Gita oleh Pak Ketut Grejeg dari PHDI Provinsi Bali. Ia menjelaskan bagaimana hakikat Tuhan dalam Hindu, serta pemaparan singkat dari Weda.
“Kalau kita melihat umat lain, mereka sudah fasih terhadap kitab suci agama mereka. Ini yang harus kita upayakan, membudayakan kitab suci di kalangan umat Hindu melalui Bhagavad Gita,” ucapnya mengawali pertemuan kali ini.
Sebenarnya tujuan utamanya bukanlah sekolah ini, melainkan sebuah Pasraman di daerah Tinggarsari, Busungbiu. Biarpun begitu, beliau ingin berbagi lebih banyak lagi mengenai ajaran agama. Di akhir acara, beliau membagikan beberapa buah baju dan juga kitab suci Bhagavad Gita kepada siswa yang beruntung dengan bertanya dan menjawab.
Semoga di malam perenungan ini kita semua dapat memaknai setiap yang ada sebagai bagian dari kehendak-Nya. Renungi apa yang sudah kita perbuat selama satu tahun dan perbaiki di tahun berikutnya. Ke depannya, diharapkan acara serupa dapat berlangsung lagi agar dapat memberi vibrasi positif bagi kita semua (cak)