Di tengah panasnya cuaca kala itu, rombongan mahasiswa Australia turun menuju kantin SMAN Bali Mandara. Sabtu(26/9) kunjungan dari tamu berharga disambut oleh para guider muda. Cucuran keringat tak menghalangi semangat mereka untuk menjelaskan tiap seluk beluk sekolah berasrama tersebut.

Bali Institute, wadah bagi kaum muda luar negeri yang ingin mempelajari kebudayaan Bali kini kembali berkunjung. Semarak langkah kaki mereka injakkan di tanah SMAN Bali Mandara. Touring time, itulah yang dilakukan pada pukul 12.30 oleh para mahasiswa dengan guide division SMAN Bali Mandara.

Kegiatan touring ini dilakukan untuk mengetahui spot-spot utama dari sekolah berasrama ini, selain itu juga banyak diantara mereka yang menanyakan program-program di SMAN Bali Mandara. Ketertarikan akan SMAN Bali Mandara tentu ada alasannya. “From this programme we learn about how Bali has growth. We do it from exploring this school, because Bali Mandara is the most unique school that build by government. So, we want to learn about this school.” ujar salah satu pendamping Bali Institute, Kania.

Setelah puas dengan penjelajahan yang dilakukan di areal sekolah, keantusiasan untuk mengenal budaya Bali dari SMAN Bali Mandara membuat pihak yang bersangkutan menyiapkan beberapa kegiatan bagi para visitors. Untuk lebih mengenalkan hal-hal nyang berbau budaya Bali, para pengunjung pun disuguhi dengan berbagai kegiatan yang menyangkut kebudayaan Bali dengan berbagai bentuk yang bervariasi. Pertama adalah penyampaian budaya Bali melalui presentasi dari dua orang guider yaitu Agus Prabawa serta Jenitha, dimana kedua siswa tersebut menjelaskan berbagai sarana upacara yang terdapat di Bali seperti penjor dan gebogan.

Tidak hanya hal tersebut, orang-orang berkebangsaan Amerika & Australia tersebut juga diajak untuk mempraktikkan permainan tradisional Bali seperti me’meong-meongan serta permainan populer dari desa Panji yakni megoak-goakan. Tak luput, icon Bali yang sudah mendunia pun ditampilkan, dimana dilenggokkannya tari Bali oleh para penari SMAN Bali Mandara dengan sangat apik dan keindahannya. Puncaknya adalah ketika mereka diajarkan cara bagaimana membuat ketipat sederhana seperti ketipat taluh, nasi, kukur, dan sari. Tingkat kerumitan dalam membuat tipat yang cukup tinggi bagi pemula makin menguatkan antusiasme mereka, namun dengan semangat para pemula tersebut melanjutkan membuat ketipat. Akhirnya, setelah melewati berbagai kesulitan para mahasiswa tersebut berhasil menyelesaikan beberapa buah ketipat, hal tersebut mencerminkan semangat dan ketekunan mereka untuk mempelajari sebagian kecil budaya Bali yang harus tetap dilestarikan. (Yan)

Gallery :

BAIN2 BaliInstitute