Cak SMA Negeri Bali Mandara kembali ikut serta dalam pentas parade cak serangkaian Gelar Seni Akhir Pekan (GSAP) Bali Mandara Nawanatya, di Taman Budaya Denpasar. Mengangkat cerita “Kalarau Kapunggel,” tampilan cak ini memberikan suguhan seni yang menarik dan atraktif di hadapan penonton yang memadati panggung terbuka Ardha Candra, Sabtu (15/9) malam.
Untuk mendukung penyampaian cerita, Kadek Sefyan Artawan S.Pd., M.Si. selaku pembina tari memanfaatkan 248 siswa dalam membuat sebuah cak kolosal. Cerita diawali dari pemutaran Gunung Mandara Giri oleh para Dewa, Detya, dan Raksasa di lautan Ksirarnawa untuk mendapatkan Tirta Amerta, air suci yang dapat membuat seseorang hidup abadi. Detya dan raksasa pun berhasil mendapatkan Tirta Amerta, hasil memutar gunung dengan para dewa. Melihat Tirta Amerta berada di tangan Detya, Dewa wisnu menjadi khawatir sehingga menyusun siasat untuk merebutnya. Dewa Wisnu mengubah wujudnya menjadi seorang dewi cantik bernama Mohini. Berbagai pergolakan untuk saling rebut tirta ini pun ditampilkan pada adegan-adegan selanjutnya. Sampai akhirnya, Kalarau sebagai penguasa raksasa dipenggal dengan cakra oleh Dewa Wisnu. 3
Walaupun menggunakan banyak penari, gerakan yang dipertontonkan ratusan penari ini sangat harmonis dan penuh energi. Hal itu pun dakui oleh para kurator yang hadir. Selain itu, perpaduan alat musik tradisional dan modern juga menjadi ciri khas pertunjukan yang dilabeli cak inovatif tersebut.
Dalam acara GSAP malam itu, cak SMAN Bali Mandara tidak tampil sendiri. Setelah pementasan ini, juga tampil cak SMKN 5 Denpasar yang membawakan cak berjudul, “Cak Akara,” yang diambil dari bahasa Sansekerta yang berarti berwujud boneka. Tampilan kedua cak dari dua sekolah ini benar-benar menghidupkan Arda Candra malam itu. Tampilan menarik dengan ciri khas tersendiri memberikan hiburan seni yang berkualitas bagi penonton.